Penelitian: Hidup Masalah!

Oleh: Aji Erlangga | Dosen Pascasarjana Keuangan Syariah, STIE Ahmad Dahlan, Jakarta

Dulu saya pernah mendengar ucapan canda teman-teman yang bilang bahwa profesi Pengacara bisa ada karena masalah orang. Kemudian dalam salah satu nasihatnya, Jack Ma (pendiri Ali Baba) berkata bahwa pada masalah orang lain ada kesempatan berbisnis. Saya juga sempat bekerja dimana pekerjaannya lahir dari masalah yaitu kerja pada perusahaan Balai Lelang yang menangani penyelesaian kredit macet bank. Nah, saat ini saya (belajar) menjadikan masalah adalah berkah, karena saya menjadi Dosen! Tidak terbayangkan sebelumnya.

Saya yang lama menjadi praktisi perbankan kemudian menjadi dosen, semula mengira bahwa latar belakang praktisi dapat memberi keuntungan bagi kampus. Hal ini karena kita berpengalaman melakukan langsung teori-teori yang ada di buku atau ketentuan. Ada link and match antara dunia pendidikan dan industri. Namun ternyata masalahnya tidak berhenti disitu!

Masukan rekan sesama dosen, Dr. Saiful Anwar menyadarkan saya. Dia bilang, “Sebenarnya untuk kampus, dosen-dosen praktisi ini cukup menyulitkan. Masalahnya adalah paradigma praktisi berbeda dengan peneliti. Soalnya mereka hanya bisa mengajar, tapi kurang kontribusi untuk riset dan pengabdian masyarakat. Padahal kedua hal tersebut nilainya material utk angka akreditasi. Tanpa riset, maka kualitas pengajaran dan budaya ilmiah tidak terbentuk.”

Dr. Saiful Anwar ini sebelum menjadi dosen juga pernah bekerja di perusahaan. Disini saya mulai berpikir kembali tentang setting-ulang paradigma saya untuk menjadi dosen. Lebih lanjut, dia berkata untuk hal yang paling mendasar, “Para praktisi mindsetnya memberi tahu, tapi kalau researcher mindsetnya mencari masalah di kelas dan penyelesaiannya lewat riset.”

Saya jadi ingat tulisan di buku Hujan di Bulan Juni (Sapardi Djoko Damono). Begini bunyinya, “Kalau semua baik-baik saja, apa pekerjaan kita?, tanya mereka sambil mengejek. Ya, memang pekerjaan penelitian itu cari-cari masalah, tetapi juga sesekali harus berani menyadari bahwa sebenarnya tidak ada masalah dengan yang ditelitinya. Itu keyakinan yang dipegangnya teguh. Dan keyakinan demikian pada gilirannya menyeretnya pada keyakinan macam lain lagi, yakni bahwa ternyata tidak ada satu pun yang tidak bermasalah di sekitar kita ini. Ya itulah ilmu, katanya pada diri sendiri. Hidup ilmu! Ia berhenti sejenak dari pikirannya, kemudian berteriak kepada dirinya sendiri dengan penuh semangat. Hidup masalah!”

Leave a Reply