SANGPENCERAH.ID – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menilai konflik Palestina-Israel bukan cuma persoalan konsitusional saja. Melainkan permasalahan agama juga.
Haedar menilai aspek agama ini terlihat manakala ditinjau dari sejarah kedua negara.
Haedar bercerita, sewaktu masa pembebasan Yerussalem, khalifah Umar bin Khattab menerbitkan Perjanjian Umariyah yang mengatur jaminan kebebasan beragama bagi seluruh penduduk Yerussalem.
Peristiwa ini menandakan urusan Palestina ada kaitannya dengan Islam dalam konteks sejarah.
“Tahun 644 Masehi Umar bin Khattab memperluas kawasan Islam di mana Palestina menjadi bagian dari dunia Islam. Sejak saat itu kemudian Palestina lekat dan tidak terpisahkan dari dunia Islam,” papar Haedar dalam diskusi publik ‘Konflik Arab-Israel, Peluang dan Tantangan Kemerdekaan yang disiarkan secara daring, Senin (24/5/2021).
Selain itu, secara teritori juga terdapat Masjid al-Aqsa sebagai bangunan suci umat Islam. Masjid ini disebutkan dalam QS. Al-Isra ayat 1 yang memuat peristiwa Isra Miraj saking melekatnya dengan ajaran Islam.
“Maka tidak keliru ketika problem Palestina itu ada sentuhan, ada irisan dengan persoalan keislaman dari aspek sejarah dan keberadaan Masjid al-Aqsa,” kata Haedar.
“Lebih-lebih bagi kaum muslim masjid yang bersejarah seperti al-Aqsa ini menjadi salah satu masjid yang menjadi jiwa dan napas kehidupan umat Islam,” sambungnya.
Haedar menyatakan, siapa pun yang menjajal mengganggu keberadaan Masjid al-Aqsa jelas akan menjadi persoalan agama. Kendati, solusi konflik ini lebih cenderung ke ranah ijtihad.
“Kalau umat Islam punya reaksi yang begitu meluas, pihak manapun jangan salah paham dan jangan gagal paham. Ada kaitan dengan sejarah dan denyut nadi kehidupan keislaman di mana Masjid al-Aqsa ada di situ dan Palestina sejak Umar bin Khattab adalah bagian dari dunia Islam,” tandas Haedar.